Masih berada di tempat paling favorit masyarakat Kota Bandung. Kawasan Dago, tepatnya di daerah Dago Giri, no 99 Warung Caringin, Mekarwangi Bandung. Sebuah rumah yang nampak cukup mewah berdiri tegak di kawasan yang cukup tinggi dan miring di atas permukaan tanah. Tempat bernama Lawangwangi Creative Space tiba-tiba nampak ramai dengan kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor beriringan memasuki rumah mewah itu. Rumah berlantai dua dengan dekorasi yang unik serta berisi barang-barang aneh membuat setiap orang penasaran dan ingin memasuki lebih dalam lagi.
Suasananya yang asri, seolah menjadi tempat pelepas penat dan lelah setelah cukup lama menempuh perjalanan yang curam menuju lokasi ini. Aroma hijaunya pepohonan yang masih rindang melingkari tempat ini serta alunan musik sunda iringan kelompok musik ternama, Karinding Attack begitu nyaman untuk dinikmati di ruangan terbuka yang menjadi halaman rumah ini.Inilah waktunya masyarakat Kota Bandung bisa menikmati Pameran karya seniman asal Jerman yang baru saja dibuka pada 6 September 2014.
Memasuki pintu utama Lawangwangi Creative Space sebuah karya seni yang menggambarkan manusia yang dijahit langsung dengan tangan terbuat dari kain kanvas mengerutkan dahi setiap para pengunjung. Bukan manusia biasa, melainkan manusia-manusia dengan beragam bentuk tubuh dan mimik wajah berbeda menyatu dalam seorang sosok manusia. Memasuki ruangan lebih dalam dengan menaiki beberapa anak tangga, banyak marcendise lucu dan unik bisa kita temui. Barang-barang hasil karya seniman ternama dijual dengan harga dimulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Di ruangan yang berbeda tak jauh dari sana, nampak seekor gurita yang sama-sama dibuat dari kain kanvas tergeletak begitu saja di tengah ruangan yang dindingnya dominan dengan warna hitam. Tak sendiri, sang gurita ditemani oleh lukisan-lukisan di dinding ruangan yang mengelilingi dirinya.
Semua ini adalah hasil karya tangan dari seorang seniman ternama asal negara Jerman bernama Franziska Fennert. Untuk kesekian kainya, seniman yang beberapa tahun kebelakang tinggal di pinggiran Kota Yogyakarta ini memamerkan hasil karya seninya di Indonesia.
Sejak tanggal 5 September hingga 6 Oktober 2014, secara resmi Lawangwangi Creative Space bekerja sama dengan Gothe Institute Indonesia dan Art Sociates Bandung memberikan kesempatan kepada masyarakat Kota Bandung untuk menikmati karya-karya Franziska. Pameran yang bertajuk Place The King In The Right Position ini seolah menjadikan seekor gurita sebagai karya andalannya. Franziska berfikir, salah satu metafora kekuasaan yang paling penting adalah sang gurita yang menurutnya merupakan jenis hewan yang paling cerdas.
Bagi wanita berambut pirang panjang ini, gurita adalah makhluk yang misterius dan ajaib. Berdasarkan hasil suatu penelitian gurita dapat mengenali lingkungan sekitar tempat ia tinggal melalui sel-sel saraf pada tentakelnya, yang biasanya sel-sel ini hanya ada di bagian otak makhluk hidup lainnya. Tak hanya itu gurita juga mampu berubah warna dan bentuk bahkan menjadikan dirinya tak nampak untuk melindungi diri dari musuh. Motif giruta inilah yang ditorehkan oleh Franziska dalam karya-karyanya, baik seni lukis maupun instalasi.
Ia berpendapat, makhluk semacam gurita adalah simbol yang tepat dan anggun bagi kekuasaan, karena kekuasaan tidaklah perlu dotonjolkan meski perlu berubah sesekali untuk mempertahankan dominasi miliknya.
Fransizka merupakan sosok yang kritis dalam melihat berbagai persoalan disekitarnya. Hidup dalam budaya Jerman dan Indonesia memberi kesempatan baginya untuk mengamati perbedaan dan persamaan diantara kedua budaya tersebut.
Orang bilang yang berkuasa itu mungkin raja. Namun raja yang dimaksud Franziska bisa jadi merupakan metafor seperti sang gurta dan dengan berbagai kemungkinan makna. Baginya raja berarti penguasa dalam beberapa pengertian sekaligus. Saat ini kapitalisme dinobatkan sebagai raja-diraja global, karena dapat mengatur segala sesuatu di dunia sesuai dengan kehendaknya.
Raja juga bagi Fransiska diwakili oleh para pemilik kapital yang menjadi agen utama nasib masyarakat dunia. Demikianlah berlapis-lapis tingkat raja, sampai Franziska menyatakan sesungguhnya adalah bahwa dialah yang dinamakan raja, dirinya sendiri yang dapat mengatur kehidupannya sejauh dia memahami pola-pola kekuasaan yang berlaku.
Pada beberapa lukisan karyanya, ia dengan sengaja menempatkan sang raja di posisi yang mencolok, termasuk sang gurita yang ia tempatkan tergeletak begitu saja di tengah ruangan, di antara lukisan-lukisannya yang juga beberapa tergambar seekor gurita dengan wajah-wajah manusia. Seperti juga yang terlihat pada karyanya yang berjudul “The Humble Regent”, “Kera Sakti”, dan “The Multipe King”. Tak hanya itu, karya-karya hasil Franziska juga merajuk pada jejak di masa kolonialisme.
"My work nourishes itself from the fertile ground of fantastic traditions, fairytales and legends. Particularly that of eastern cultures-provide rich source of inspiration", kata Franziska.
"All of my works are based on my drawings which I find to be a very intimate means of expression. Feelings are directly communicated merely by means of graduation of light and darkness and tge intensity of line", katanya menjelaskan.
(Hilda kholida)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar