Jumat, 21 Februari 2014

Cerpen : Wanita Berjilbab Kuning


Aku masih merasa khawatir. Entah mengapa perasaan ini selalu muncul di setiap lamunanku. Padahal udara disini begitu sejuk, angin yang ditiupkan Tuhan terasa segar di rongga hidungku. Panas matahari pun tak terlalu panas.
Angin masih bertiup dengan begitu tenang, orang-orang disekitarku begitu asik. Coba lihat wanita berbaju kuning itu, dia terlihat begitu tenang. Nampaknya ia sedang menunggu seseorang datang. Sebuah daun jatuh di atas tangannya yang putih, seperti pertanda bahwa ia telah menunggu cukup lama. Namun, Ia menjatuhkan daun itu ke tanah seolah tak peduli.
Untuk kedua kalinya daun yang sama jatuh ke tangannya. Daunnya nampak lebih kuning dari sebelumnya. Ekspresi wajah wanita berkerudung kuning yang serasi dengan baju kuningnya itu berubah. Alis matanya semakin layu, senyum di biibirnya semakin kecil, dan ayunan kakinya semakin lambat.
Angin masih bertiup dengan begitu tenangnya, tak ada yang berubah. Awan pun masih terlihat bergerak normal. Kecuali mungkin wanita berkerudung kuning itu, perasaannya sedikit kecewa.
Wanita berjilbab itu mulai menyandarkan punggungnya ke kursi taman yang didudukinya sedari tadi. Ia nampak lelah, lelah hati menunggu seseorang yang tak datang jua. Ia mulai berhenti mengayunkan kakikinya. Dan ia menaruh dagi kepalanya kemudian di kedua tangan mungilnya, sambil masih menunggu.
Angin yang tenang itu semakin terasa. Terdengar ada suara langkah kaki mendekatiku. Seseorang datang dengan membawa tas besarnya. Tak begitu jelas terlihat wajahnya dan ia semakin mendekat.
“Mungkin itu adalah lelaki yang sedaritadi ditunggu wanita berjilbab kuning itu”. Kataku di dalam hati. 
Wanita berjilbab kuning itu masih menaruh dagunya di tangan sambil merasakan gerakan udara yang tak juga membuatnya merasa tenang.
Aku yakin wanita itu akan segera merasa bahagia saat seseorang yang di tunggunya datang.
“Hei.” Kata si lelaki itu yang tiba-tiba duduk di sebelahku.
“Hei, ternyata kamu??” kataku dengan sedikit terkejut. ahh lamunanku tentang wanita berjilbab itu membuatku lupa bahwa aku juga sedang mnunggu seseorang.
“Sudah lama?” tanya dia dengan senyumnya yang begitu manis .
“Ya.. mungkin sepuluh menit. Tapi tak apa, akhirnya kamu datang juga. Oia, ada apa? Kok tiba-tiba kita harus bertemu disini?” Aku bertanya dengan begitu penasaran sambil memandang wajahnya.
“Aku harus pergi. Dua jam lagi pesawat menuju Bandar Udara Fatmawati Soekarno.” Katanya dengan kepada yang sedikit tertunduk.
“Maksudmu??” aku bingung.
“Aku harus pergi, dan maaf aku sudah membuatmu lama menunggu.” Katanya dengan singkat sambil memberiku sebuah kotak berwarna merah muda. Tanpa berkata apa-apa lagi kemudian berlalu begitu saja bersama tas b
esar yang dibawanya.
“....” aku bingung.
Perasaan khawatir ini benar. Selama ini aku mengkhawatirkannya. Rasanya wanita berjilbab itu masih lebih beruntung dari ku. Lebih baik aku menunggu kamu lebih lama di taman ini, daripada kamu datang untuk kemudian meninggalkanku.
Selamat tinggal. Dan selamat menunggu untuk si wanita berjilbab kuning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar